01 Maret 2008

NasionaLisme FiLm

Menggambarkan Nasionalisme Dalam Sebuah Film

Film dengan unsur nasionalisme bagi anak-anak muda Indonesia yang hidup di era millennium ini pasti akan menjawab Nagabonar Jadi 2 sebagai film yang mengusung tema nasionalisme. Film besutan aktor sekaligus sutradara Deddy Mizwar ini, mampu menarik perhatian masyarakat Indonesia mulai dari mereka yang benar-benar penikmat film dan tidak pernah absen menonton film Indonesia atau bagi mereka yang jarang menonton film di bioskop.

Film ini menggambarkan nasionalisme dan kepedulian sang sutradara, Deddy Mizwar kepada jasa para pahlawan bangsa. Di salah satu adegan ketika Nagabonar memanjat patung Sudirman dan berkata “Jenderal…….siapa yang kau hormati siang dan malam itu? Apa karena mereka yang lalu lalang di depanmu itu memakai roda empat, Jenderal? Bah, tidak semua dari mereka pantas kau hormati, Jenderal. Turunkan tanganmu Jenderal…….turunkan tanganmu. Bukan kau yang harus menghormati mereka tapi, bangsa ini yang harus menghormatimu”. Dan juga adegan di mana Nagabonar memberi hormat kepada patung Soekarno dan Moh.Hatta di Monumen Pancasila. Beberapa adegan inilah yang menggambarkan bahwa banyak orang melupakan tokoh-tokoh bangsa yang telah membangun negeri ini.

Di film pertama Nagabonar, dikisahkan seorang tukang copet yang beralih menjadi seorang pejuang guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda. Namun, timbul pertanyaan, Apakah nasionalisme itu harus identik dengan perang melawan penjajah? bendera merah putih? atau sekedar memberi hormat kepada pahlawan? Apalagi di zaman sekarang ini, dengan pesatnya arus globalisasi, timbul kekhawatiran akan pudarnya semangat nasionalisme dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Ternyata pesatnya arus globalisasi tidak mampu melunturkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia. Pembuktian akan semangat nasionalisme bangsa, bisa kita lihat dari ajang Piala Asian Cup yang berlangsung kemarin, betapa hebatnya masyarakat Indonesia bersatu padu untuk membela tim nasional Indonesia. Walaupun pada akhirnya kita harus menelan kekalahan. Namun, hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran betapa semangat nasionalisme itu masih ada dan semakin tumbuh di kalangan masyarakat.

Tidak semua film perang itu bertemakan nasionalisme. Nasionalisme hanyalah unsur kecil dari sebuah film. Contohnya film Korea “Taegukgi”, walaupun penggambarannya tentang peristiwa peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara di tahun 1950 tapi, sesungguhnya yang ingin disampaikan dalam film itu adalah persaudaraan antara seorang kakak dan adik yang begitu akrab dan saling melindungi.

Menggambarkan nasionalisme dalam sebuah film dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sebuah film dapat berfungsi sebagai cerminan budaya nasional suatu bangsa dan juga sebagai media komunikasi antar bangsa. Memang sulit ketika harus menggabungkan beberapa budaya menjadi satu kesatuan dalam sebuah film. Apalagi Indonesia terkenal sebagai negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Namun, keberagaman itulah yang menjadi ciri khas suatu bangsa.
Sebagai contoh produksi film atau serial Korea, mereka selalu memasukkan unsur Nasionalisme. Seperti menyanyikan lagu kebangsaan Korea, membungkukkan badan ketika hendak memberi hormat kepada orang yang lebih tua, memakai baju tradisional bangsa mereka, memakan makanan yang menjadi ciri khas mereka seperti ‘Kimci’. Dengan penggambaran budaya mereka dalam sebuah serial atau film, mampu menarik perhatian masyarakat dunia. Sehingga mereka merasa kagum dan terkesan dengan apa yang mereka lihat.

Tidak ada komentar: