23 Juni 2010

My Life Story in Kampung Inggris Pare

My Life Story in Kampung Inggris Pare

Seandainya waktu itu aku tdk resign dr Bank Permata dan tetap bekerja di sana sampai dengan hari ini, pastinya cerita kehidupan ku akan sangat berbeda dengan apa yg aku alami sekarang. Aku tdk pernah menyangka bahwa keputusan ku resign dr posisi sebagai Admin Marketing Acquisition Bank Permata dan memutuskan untuk belajar Bahasa Inggris ke Pare, meninggalkan begitu banyak kenangan yg nantinya akan selalu aku kenang dan menjadi bagian dari catatan perjalanan hidup ku. Bagiku, apa yg aku alami di Pare adalah pengalaman sejati ke 2 setelah KKN di Ciwidey. Sebuah proses pembelajaran hidup.

Masih tergambar jelas, ketika pertama kali aku memutuskan untuk pergi ke Pare. Semula aku tdk diizinkan untuk berangkat ke Pare, karena tdk ada teman yg menemani selama aku disana. Hingga akhirnya aku memberanikan diri memohon izin langsung ke Papah dan bilang bahwa aku serius untuk melakukan hal ini dan berjanji untuk tdk mengecewakan. Dengan segala alasan yg aku sampaikan, akhirnya papah memberi izin.

Perjalanan panjang itu akhirnya di mulai, February 21st, 2010, tepat satu hari setelah ulang tahun ku, minggu sore itu aku berangkat ke Kediri berdua dengan papah, menumpang KA Gajayana jurusan Gambir-Malang, mencoba untuk mulai menapaki hari-hari baru di Pare. Perjalanan yg sangatlah panjang, menempuh 12 jam perjalanan hingga aku akhirnya sampai di Stasiun Kediri pukul 06.00 pagi. Menyusuri kota Kediri, daerah kekuasaan Gudang Garam dengan menumpang becak dan bis. Hingga akhirnya sampailah di Pare atau lebih tepatnya di Desa Tulungrejo, Kec.Pare, Kab.Kediri.

Tergambar dengan jelas suasana Desa Tulungrejo yg lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan “Kampung Inggris”, dan inilah gambaran nyata, tempat kursusan berjejer di mana2. Udara pagi itu aku hirup dengan sangat dalam, hingga dalam hati aku mengatakan ‘sampai juga aku di tempat yg selama ini ingin aku datangi’. Jujur, inilah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Jawa Timur. Sebelumnya, aku hanya mampu menempuh perjalanan sampai Yogyakarta, saat itu adalah perjalanan terjauh di Pulau Jawa yg pernah aku tempuh, dan Pare adalah yg pertama kali aku perawani.

Mengenang kembali saat-saat kedatangan ku di Pare. Mencoba untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Mengendarai sepeda, menyusuri jalan Anyelir dan Dahlia seorang diri. Mencari informasi kursusan dari satu tempat ke tempat lain. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk kursus di Kresna, mengambil program English Comprehension 1 dan program TOEFL Structure di Logico.

Brata House

Tepat dua hari setelah kedatangan ku, datang penghuni baru kamar nomor 11 di Brata House, kamar yg aku tempati sejak pertama kali datang ke Pare. Aku berkenalan dengan dia, namanya Andina Faradita ‘Dita’, kami terlibat obrolan panjang dan tanpa di sengaja hingga masuk ke ranah pribadi kehidupannya. Aku ingat bagaimana terkejutnya Dita, ketika pertama kali datang dan mendapati mobil mantan cowoknya di parkir persis di samping Brata House. Kesan pertama yg aku dapati dari seorang Dita, wanita yg ayu dan sangat sopan, khas wanita Jawa pada umumnya. Aku berpikiran bahwa wanita-wanita Jawa adalah org yg sangat sopan, ramah, dan cantik tentunya. Perkenalan antara aku dan Dita ternyata menjadi awal dari kisah panjang persahabatan kami.

Dua minggu berjalan, hingga akhirnya kami menerima kembali dua org baru di kamar nomor 11. Dua org itu adalah Anis, dari Brebes dan Ema atau panggilan akrabnya ‘Emmon’, dia adalah temannya Dita di Universitas Negeri Malang (UNM), asli Kediri. Aku ingin mendeskripsikan tentang Anis dan Emmon.

Anis, ketika pertama kali kenal dia dan ngobrol bareng, dari obrolan kita tersebut, aku menebak sepertinya dia org Sunda, org Sunda kalo udah ngomong gak pernah bisa nipu, alias keliatan bgt dari logatnya. Pada awalnya aku tdk menyangka kalau dia org Brebes, karena yg aku tau, Brebes itu Jawa Tengah, tapi kenapa tiba-tiba bisa berubah jd org Sunda. Sampai akhirnya dia memberikan penjelasan kalau tempat tinggal dia ada di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, jadilah seorang Anis dari Brebes tapi sehari-hari ngobrol pake Bahasa Sunda. Satu hal yg aku ucapkan dalam hati, akhirnya ketemu juga dengan saudara sekampung (maksudnya saudara satu Tanah Parahyangan). Yahh gak salah, kalo sehari2 kita ngobrol pake Bahasa leluhur. Kita punya panggilan khusus untuk Anis, yaitu Mami. Aku pun masih mengingat jelas ketika sedang booming lagunya Anang-Syahrini ‘Jangan Memilih Aku’, dia selalu nyetel itu lagu sepanjang malam, ibaratnya lagu pengantar tidur dan dia setting lagu itu dalam keadaan di repeat terus. Sampe kita bosen dengernya. Tapi Mami adalah org yg baik dan lucu. Kalau ketawa punya suara yg khas.

Satu lagi teman baru kita, namanya Emmon. Jadi inget sama Emmon yg ada di Film Catatan Si Boy. Tapi yg ini beda, bukan Emmon yg ke banci-bancian, tapi Emmon seorang wanita tulen asli Kediri. Waktu pertama kali kenal, pas dia datang ke Pare mau survey tempat kursusan dan kosan. Orangnya heboh banget, kalo ngomong selalu pake Bahasa Jawa dan entah lupa atau khilaf, padahal Dita udah bilang kalo ngobrol sama aku jangan pake Bahasa Jawa, karena aku bener2 gak ngerti sama sekali. Tapi, tetep aja Emmon menyamaratakan semua org yg di temui dan ngajak ngobrol pake Bahasa Jawa, dengan logat medoknya. Kalo Emmon udah ngomong pake Bahasa Jawa, yg ada aku mengernyitkan dahi, seolah berpikir keras untuk menangkap dan berusaha memahami apa yg dia ucapkan. Lantas setelah berpikir dengan keras, aku akan bertanya langsung ke Dita ‘artinya apa dit’?? dan keadaan yg seperti ini yg selalu bikin Dita ketawa ngakak. Mungkin waktu itu aku nanya dengan wajah melas penuh harapan dan memohon sama Dita untuk menterjemahkan seluruh kata2 yg Emmon ucapkan. Dengan segala kekurangan yg dia miliki (hahaha…) karena sulit berbahasa Indonesia dngn baik dan benar, Emmon tetap teman terbaik buatku.

Di Brata House, aku tdk hanya mengenal Dita, Anis dan Emmon. Tapi, ada juga Fadyah, Dekna, Teh Nita, Kak Una, Maya, dan msh banyak lagi penghuni lainnya. Hingga berjalannya waktu pada akhirnya kami saling mengenal. Fadyah, kelahiran thn 88, asli org Makassar, tapi perawakannya bukan kayak org yg udah lulus kuliah, tapi kayak anak SMA. Kalo makan paling banyak, tapi gak gemuk-gemuk. Kok bisa yahh!! Di antara Fadyah dan Dekna, Fadyah adalah anak yg manja. Punya kebiasaan megangin ketek dan yg paling sering jd korban kejailan Fadyah, yaitu Dita. Kayaknya Dita udah kenyang di godain sama Fadyah. Fadyah orgnya agak introvert alias tertutup. Program kursus yg di ambil cuman sedikit dan semua programnya ada di Aladin House, penggemar berat Kak Kiddin. Fadyah paling males kalo di ajak keluar, padahal keluar nyari angin doank, jalan-jalan muter Tulungrejo, susahnya kalo di ajak keluar, bilang ‘iya’ aja kayaknya berat. Padahal mksdnya bgs, supaya dia gak bosen di kamar muLu.

Dekna, satu hal yg paling membekas dari Dekna, seorang wanita yg sangat aneh menurut ku. Bukan aneh dengan sifat atau sikapnya. Tapi, aneh sekaligus ajaib dengan kebiasaan dia. Dekna, gak suka makan nasi, kalo di sodorin antara nasi lauk ayam atau daging dan krupuk, dia akan lebih memilih kerupuk. Kalo ketemu kerupuk udah kayak ketemu harta karun yg dah lama terpendam di dasar laut. Bisa yahh, hidup dengan tanpa makan nasi, cuman makan krupuk aja. Ditambah lagi kebiasaan minum soda, Fanta, Coca Cola, Sprite, sampe punya julukan khusus dr Mba Wakapo ‘Ms Cola’. Haduhh…kadang2 aku suka geregetan, sampe2 rasanya pengen cekokin dia makan nasi. Giliran di suapin makan nasi sama sayur, Dekna cuman makan dua sendok makan aja. Aku tau kalau semua itu terjadi karena trauma yg pernah di alami dalam hidupnya. Tapi de’ ni demi kepentingan kamu juga, terutama kesehatan kamu. Krupuk itu gak bergizi. Coba deh makan nasi, ntar badan kamu bisa tambah gemuk dan berisi. Tapi, Dekna adalah org yg sangat perhatian dan baik banget sama semua. Saking baiknya sama org, sampe2 gak jarang kebaikannya itu tdk dibalas dengan kebaikan lagi oleh orang lain.

Kresna English Center & Aladin House

Kursusan pertama yg aku ambil di Pare, yaitu di Kresna, ambil program English Comprehension 1. Sempat shock pas pertama kali belajar di sana, karena materi Grammar yg diajarin di sana ternyata sangat berbeda jauh dengan apa yg pernah aku dapat di LIA atau di LBUI. Di Kresna, materinya lebih detail, kalo aku bilang sangatlah detail. Belajar dari yg namanya pengertian Bahasa, komponen bahasa, Part of speech, Clausa, Phrase, dll. Sampe2 satu hari gak masuk aja, rasanya udah kayak ketinggalan jauh. Pada akhirnya aku bela-belain untuk selalu masuk, walaupun hujan deres, tetap semangat belajar.

Ada satu hal yg sempet bikin aku terheran-heran sekaligus lucu. Kebetulan di kelas EC 1, setiap hari sabtu kita selalu weekly test, setelah itu makan bareng di Jimmy. Waktu lagi ngobrol2 sama teacher dan temen2 yg lain. Dari situ baru aku tau, kalau selama kenal dengan aku, mereka nyangka kalo aku baru lulus SMA. Waktu aku bilang kalo aku udah lulus kuliah, dah gitu lulusnya tahun 2009, mereka pada kaget dan Mr.Kadirah (teacher EC1), senyum-senyum sendiri, karena dia pikir aku baru lulus SMA. Dari situ aku mengambil kesimpulan kalau ternyata muka itu bisa menipu, umur boleh tua tapi muka masih awet muda..hahaha :D.

Sudah terlanjur dari awal ambil kursus di Kresna, akhirnya aku lanjutin ambil program dari HP 3 s.d HP 9. Dari situ akhirnya aku mulai mengenal banyak orang, mulai dari teacher nya ; Mr.Kadirah, Mr.Falaq, Mr.Damanhuri, Mr.Tharom, Mr.Yusro, Mr.Asrof. Juga teman2 sekelas ; Ova, Ahsan, Mas Deden, Rukhi, msh banyak lagi. Aku sendiri merasa takjub aja, ternyata Pare membuka kesempatan untuk berteman dengan banyak org dari berbagai daerah.

Selama kurang lebih 1 setengah bulan aku ambil kursus di Kresna dan rasanya tdk ingin pindah kursus ke tempat lain. Karena pasti kalau aku ambil di tempat lain, metode pembelajaran yg di sampaikan bisa jadi berbeda jauh dengan apa yg sudah aku dapat di Kresna. Niat untuk ambil Grammar di Elfast akhirnya aku batalin. Karena ternyata aku lebih sreg dengan metode pembelajaran yg ada di Kresna.

Setelah belajar di Kresna, akhirnya aku melanjutkan belajar Grammar dan TOEFL di Aladin House, dengan teachernya Kak Kiddin. Ternyata Kak Kiddin adalah sosok guru yg tdk berwibawa. Gak ada wibawanya sama sekali, karena setiap kita ledekin, dia selalu menerima dengan lapang dada. Jadi inget, kita sering dengan seenaknya gak masuk kelas karena males, kalau disuruh hapalan sering nolak. Tapi, Kak Kiddin adalah org yg sangat sabar, sebagai seorang guru, kelebihan dia adalah sabar. Kalo kita belum mengerti dengan materi yg di bahas, dia akan dengan sangat hati-hati menjelaskan kembali.

Selain Kak Kiddin, aku juga kenal baik dengan Mr.Udin. Kenapa aku panggil dia Mr, karena usia dia sama dengan aku, kalau aku panggil kakak, rasanya gak pantas. Mr. Udin ini adik kandungnya Kak Kiddin. Walaupun adik kandung Kak Kiddin, tapi Mr.Udin keliatan beda bgt sama Kak Kiddin. Mr.Udin lbh tinggi, lbh putih dan lbh kurus. Kalo Kak Kiddin specialist Grammar, Mr.Udin specialist Speaking. Satu hal yg suka bikin aku aneh sendiri. Kalo udah masuk kelasnya Mr.Udin, kayaknya lebih sering sesi sharing ketimbang belajar. Sampe2 setiap abis pelajarannya dia, aku lebih sering menghabiskan waktu di Aladin House, ngobrol sm Mr.Udin, ngobrolin banyak hal.

Dari semua tempat kursusan yg sudah aku jamahi. Hanya Kresna dan Aladin House yg paling berkesan. Berkesan bukan hanya dengan ilmu dan materi yg didapat tetapi juga dengan orang2 yg ada di kedua kursusan tersebut.

Kesan Tentang Pare

Minggu, 27 Juni 2010. Aku harus pergi meninggalkan Pare. Aku tdk tahu apakah nantinya kau akan kembali ke tempat ini lagi atau tidak. Hanya ada dua kemungkinan kembali ke tempat ini, pertama aku kembali karena mau mengambil kursus lagi atau aku kembali karena pekerjaan. Tapi aku lebih berharap, kalaupun kembali ke tempat ini, aku kembali karena pekerjaan. Dan satu hal yg pasti, suatu saat nanti aku akan kembali ke Kediri, yaitu saat Emmon menikah. Entah kapan itu waktunya. Tetapi, yg pasti aku akan datang pada saat Emmon menikah.

Untukku, Pare sangatlah berkesan, karena Pare membuka kesempatan bagi ku untuk kenal dengan banyak org dari berbagai daerah. Selain ilmu yg di dapat, di tempat ini aku mendapatkan sahabat, bahkan saudara. Aku merasa amazing dengan apa yg aku dapat di sini. Punya temen dari Makassar, Malang, Kediri, Brebes, Bengkulu, dll. Jujur ini adalah pertama kalinya dalam hidupku bisa mendapatkan banyak teman dr berbagai daerah. Pare juga menjadi tempat yg menjembatani aku untuk mengunjungi Bromo, Yogya, dan Malang (bagian ini akan aku ceritakan secara tepisah).

Setelah aku kembali ke Jakarta, memulai kembali kehidupan yg nyata dan sesungguhnya. Bergelut dengan kemacetan dan kerasnya hidup di Jakarta. Pasti aku akan merindukan saat-saat di Pare. Rindu dengan suasana belajarnya, dengan lingkungannya, mungkin aku akan rindu saat di mana aku jalan2 dengan sepeda ke alun, ke Garuda Park, ke kebon tebu sore2 sambil menikmati sunset (kalo aku bilang sudut trindah di Pare). Rindu dengan makanan di Pare yg gak bervariasi..hehehe. Akan banyak hal yg aku rindukan setelah aku kembali ke Jakarta. Aku tdk bisa berlama-lama di tempat ini. Aku harus move on. Aku harus melanjutkan lagi kehidupanku.

Ini adalah bagian dari lembar kehidupan yg telah aku catat dalam buku harian kehidupanku. Apa yg akan terjadi nanti, hanya satu hal yg aku harapkan, semoga yg terbaik yg bisa aku dapatkan untuk catatan kehidupan ku selanjutnya. Amien…

Febyanti Junaedi
23 Juni 2010
06.00

27 Mei 2010

Pengalaman Sejati

Setelah aku merenungi tentang apa yg telah terjadi dalam kehidupan ku, dalam perjalanan 22 tahun usiaku hingga saat ini, aku menemukan sesuatu. Hanya ada satu moment terindah yg menjadi kenangan dalam perjalanan hidup ku. Kebersamaan dan kehangatan antara aku dan mereka, antara aku dan kalian.

Satu tahun sudah berlalu dengan sempurna meninggalkan kenangan itu. Malam ini aku mengingat bagaimana perjalanan awal itu dimulai. Dengan bersusah payah, dengan penuh perjuangan melawan birokrasi yg cukup sulit, dengan peluh keringat tanpa air mata, aku berjalan menerobos barisan pertahanan yang kokoh itu. Dan doa kalian telah mengiringi langkahku.

Hingga tiba saatnya kita memulai petualangan itu, memulai menemukan pengalaman berharga ibarat pencarian harta karun yg terpendam. Tetap dengan beberapa kesusahan dalam tindakan kita dan kepenatan yg menyertai pikiran kita. Tapi, petualangan itu harus dimulai dengan segera. Agar kita tidak tertinggal oleh waktu. Jangan sampai waktu meninggalkan kita, biar kita saja yg meninggalkan perputaran waktu .

Terpisahlah kita pada waktu yg telah ditentukan. Kalian berjalan menuju sebuah desa bernama Lebak Muncang, kalian yg lain berjalan menuju sebuah desa bernama Nengkelan, sedangkan aku dan mereka berjalan menuju sebuah desa bernama Rawabogo. Iya...kita sedang dalam proses pengabdian kepada masyarakat. Bukan semata melakukan ini karena sebuah nilai formalitas dari kampus. Tetapi, kita bersama di sini mengejar pengalaman-pengalaman berharga itu. Hingga kita bersama kembali dalam satu tempat yg telah ditentukan.

Dan tentu saja kita mendapatkan apa yg kita cari. Belajar banyak dari proses pengabdian yg kita lakukan. Bagaimana kita pada akhirnya tersadar akan penghargaan dan penghormatan kepada teman kita sendiri. Kasih sayang, tolong-menolong, bahkan tidak sering hujat-menghujat mewarnai perjalanan ini. Itu saja bukan sesuatu yg menarik. Ada hal lain yg lebih menarik perhatian kita, menarik pemikiran dan hati kita untuk memahami mereka yang kita temui dan kita kenal, walaupun hanya sesaat.

Melihat kearifan, kebijaksanaan, kesederhanaan, kebersamaan, gotong royong masyarakat desa yg jelas jauh berbeda dengan mereka yg tinggal di kota dan individualis. Sesuatu yg amat sangat langka kita temukan di kota besar seperti Jakarta. Sikap mereka yg menjadi perhatian kita, terutama diriku, memberikan kesan mendalam hingga saat ini. Tidak pernah mendengar keluhan yg terlontar dari bibir mereka, ataupun guratan kekecewaan yg tersirat dari wajahnya jika kesusahan itu datang.

Keakraban yg cepat terjalin antara kami dengan pemuda-pemudi di sana, dengan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aku ingat ketika pertama kali menginjakkan kaki di SD Rawabogo dengan beberapa teman-teman yg lain dan mengenakan jas almamater, tiba-tiba saja beberapa murid SD yg melihat kita langsung mendekat sembari menyodorkan tangannya untuk menciumi tangan kanan kami. Jelas ini pertama kalinya kami mendapatkan perlakuan seperti itu. Sesuatu yg biasa bagi mereka tetapi, berharga bagi kami. Aku ingat kembali, bagaimana senangnya mereka ketika foto-foto bersama di hari terakhir kita mengajar di sekolah tersebut. Dengan penuh keriangan, tawa yg nampak dari bibirnya, hingga wajah yg penuh dengan kegembiraan, mereka begitu lucu. Lebih lucu lagi, ketika mengajar di SMP. Melakukan kejailan dengan korban salah satu teman kita dan dengan akhir yg sangat memuaskan. Membuat kita tidak hanya tertawa lebar tetapi, bersorak dalam hati atas keberhasilan misi yg kita lakukan untuk dia (Bojes).

Kenangan yg begitu indah dan mengharukan. Hingga di akhir petualangan kita, kami pun tak kuasa ketika harus berpisah dan air mata itu pun jatuh juga. Bukan hanya jatuh sekali saja tetapi, kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya kami menangis. Aku pribadi tidak bisa bersembunyi menahan bendungan air mata di mata ini, sampai beberapa kali harus menjatuhkan air mata itu. Bukan air mata memang yg aku cari. Tapi, itulah yg aku dapat di akhir petualangan ini. Satu dari sekian banyak pengamalan yg aku dapat, satu dari sekian banyak hal-hal penting yg tanpa sadar telah mengubah diriku.

Walaupun semua itu telah usai namun, kenangan itu akan tetap ada. Kelak jika waktu masih berpihak padaku, aku akan kembali ke tempat yg telah memberikan pelajaran hidup berharga. Pengalaman sejati bagiku. Selamanya, moment ini lah yg akan aku kenang selalu, di antara sekian banyak moment yg aku jalani dalam hidup ini.



Minggu, 19 Juli 2009, 23:52

04 Desember 2008

Jalan ke Braga and Asia Afrika






Waktu itu gw and Angga pergi ke Bandung. Rencana utamanya sih pengen ngambil duit di ATM cuz Nia, Ican, Angga transfer duit ke rekening gw. Ke Bandung kalo cuman ngambil duit aja gw seru. Akhirnya kita mutusin tuk minjem kamera Ipin dan motret di daerah Braga & Asia Afrika. Gw gak tau kenapa suka bgt sama bangunan2 tua yg menurut gw tuh eksotis bgt. Perjalanan dari Ciwidey ke Bdg tuh emang lumayan lama, ada sekitar 2 jam. Nyampe di alun2 Masjid Raya Bandung, kita langsung makan trus mulai deh jalan2. serasa kayak turis asing aja. Jalan2 sambil motret dan selama di sana yg jadi fotografer si BuLuk yg jadi modelnya, siapa lagi selain gw. Sampe gw disuruh gaya di pinggir jalan,,maLu tapi, bodo amat deh. Yg penting hasil fotonya harus bgs!! Kita gak lama di Bdg cuman 2 jam dan itu dipake wat foto2 aja. Trus kita langsung balik deh. Asli yg bikin cape tuh perjalanan ke Ciwidey nya mana macet bgt lagi di Kopo. Tadinya A’Pi2t telphone gw dan gw minta dijemput di rumah sodara. Tapi, ternyata dia gak bisa karena lagi ada di rumah Pk.Camat, katanya sih lagi dijamu makan gitu deh. Alhasil bis solat and makan di rumah teteh gw, kita langsung cabut ke desa. Gila cabut jam 8 malem. Di Jakarta cabut jam segitu mah tenang2 aja. Mana pas baliknya lewat kuburan + hutan bambu Nengkelan, satu ojek bertiga, si Abang di depan, Angga di tengah dan gw di belakang. Asli pas lewat tu daerah, gw pegangan pundaknya Angga sambil nempelin muka and meremim mata gw di punggungnya. Pas sampe posko gw langsung liat2 deh hasil jepretannya si Angga. Ada beberapa foto yg lumayan juga apalagi ada gw yg jadi modelnya.


KeLak gw akan baLik lagi ke Braga, Asia Afrika atau ke tempat JaduL lainnya di Kota Bandung. Suka dan cinTa bgt suaSana sePerti itu!!

17 AgusTusan



Kegiatan Agustusan


Gw gak nyangka kalo Agustusan di sini tuh rame bgt. Ini pertama kalinya gw ikutan upacara lagi sejak gw lulus SMA. Agak2 lupa dan pas upacara gw sama temen2 yg lain kebagian jadi tim obade barengan sama temen2 Kartun dan ibu2 PKK. Mana panas bgt lagi selama upacara, gara2 upacara muka gw kebakar gimana gak kebakar dari gladi resik sampe upacara dimulai dari jam 9 sampe jam 10 pagi yg waktu itu matahari lagi panas2nya bersinar. Jadi item deh....Besokkannya pas tgl 18 Agustus 2008, ada acara karnaval 17 Agustusan. Acara ini dihadirin sama Camat dan beberapa pemimpin lainnya. Ada banyak warung2 dadakan di pinggir jalan, trus karnaval di desa ternyata lebih seru daripada karnaval di rumah gw. Tiap RW nampilin kreasinya, unik2 dan keren. Gw sama Angga bagian dokumentasi. Gw megang video dan Angga megang foto, ditambah Tedi yg juga dateng tuk motret. Gw gak nyangka kalo selama acara cuaca bakalan panas bgt. Waktu itu g cuman pake flat shoes dah gitu gak make kaos kaki lagi, alhasil kaki gw kebakar aja gitu!! Selesai acara gw and Fika berburu makanan murah dan enak. Gw makan kupat tahu yg harganya cuman 2500. Trus makan bakso ikan yg harganya cuman 500 perak, ada juga sih yg seribu. Jajanan di sana enak dan murah2 bgt. Bakso ikan yg paling enak, ikannya terasa dan bumbunya pedes mantep. Gorengan aja seribu dapet 3. ada kerupuk ancLom dan seblak yg enak bgt. Selama KKN mah jajan mulu kerjaannya.

Umi "we miSs yOu"


Umi


Umi Utju Khatidjah, beliau Ibu dari Pak.Kades sekaligus pemilik rumah tempat kita tinggal selama KKN. Awal ketemu Umi,,kita rada2 takut juga, takutnya beliau gak ramah atau gak baik sama kita. Tapi, semua itu cuman ketakutan kita aja. Beliau baik bgt, walaupun terkadang kita canggung sama beliau. Sulit merangkai kata2 untuk menunjukkan kebaikan Umi terhadap kita. Yg pasti kita bersyukur dan beruntung bisa bertemu dan kenal dengan beliau. Lebih beruntung lagi kita bisa tinggal di rumah Umi yang kalo dibandingin sama temen2 di desa lain, tempat tinggal kita paling lumayan. Ada kulkasnya, kamar tidur dua dan lumayan gede, ada musholanya, ada dapur yg cukup besar, ada gas, ada kompor minyak, ada rice cooker, ada jamban, dan kamar mandi, ada tempat nyuci yg lumayan. Istilahnya kita tinggal di sini segala fasilitasnya lumayan lengkap. Walaupun ada kekurangannya juga, di rumah Umi tuh serem. Antara rumah dan tempat kita nginep itu dipisah sama pintu. Pas kita ngeliat2 tempat kita nginep selama KKN nanti, gw dah mulai ngerasa aura yg beda bgt. Suasana adem, anyep, dan lembab yg pasti. Dan gw yakin di sana pasti ada penunggunya, terutama di ruang tengah tempat biasa kita ngumpul, di dapur dan di kamar mandi. Tempat2 itu yg paling kerasa bgt. Makannya selama KKN di sana gw bener2 ngejaga makanan gw, gw sempet wanti2 diri gw jangan sampe gw pup malem2 sendirian lagi. Dan kalo dah malem gw selalu minta ditemenin ke kamar mandi. Pernah waktu itu yg laen dah pada tidur, gw masih terjaga dan lagi nulis sesuatu di buku curhat gw. Anjrit...padahal itu masih jam 11 lewat kalo gak salah. Tiba2 ada suara anjing, awalnya suara dia masih jauh tapi, lama-kelamaan semakin mendekat dan tepat di depan rumah Umi. Akhirnya gw langsung tidur aja deh daripada nantinya ngeliat sesuatu. Selama tinggal di sana juga, kalo makan kita bener2 irit bgt. Satu menu untuk satu hari, bayangin aja masak sayur toge untuk makan siang dan malam. Dah gitu kalo pagi makanannya gak jauh2 dari indomie dan nasi goreng, paling enak cuman pas makan sarden yg dibeli sama Fika and udang yg dikasih dari Ka Nunu (cowonya Ink). Kesananya mah makanan kita gak bergizi dan sengsara abis, gara2nya bendahara gw yg astaga peLit bgt. Dia punya prinsip bresakit2 dahulu bersenang2 kemudian. Yah boleh juga sih prinsipnya dia tapi, jgn dipake untuk masalah makanan donk soalnya ini urusan perut. Gara2 KKN gw jadi kena Mag,,awalnya gw gak punya tuh penyakit. Udah makan gak bergizi, telat makan juga. Jadilah tuh penyakit!!

Kartun SacaWaCana


Karang Taruna


Ngomongin kartun bakalan panjang bgt ceritanya. Cuz selama kita di sana kita selalu kerjasama bareng temen2 kartun. Pertama kali ketemu sama anak2 Kartun waktu gw, Angga, Fika, and Yefhy survei hari Sabtu, 2 Agustus 2008. Waktu itu gak semua anak kartun ngumpul yg ada cuman beberapa org aja. Kita bilang ke mereka kalo kita mau KKN di sini dan kalo temen2 Kartun punya kegiatan terutama untuk menyambut 17 Agustusan, kita siap membantu. Yah..kira2 itulah kata2 yg kita ucapain waktu ketemu sama mereka. Bantuan yg kita kasih ke mereka emang gak seberapa, kita gak ngebantu secara materil tapi, kita berusaha membantu dengan tenaga dan kemampuan yg kita punya. Walaupun terkadang kita ngerasa kurang maksimal ngebantu mereka. Dari mulai jadi juri lomba MTQ tingkat Desa Rawabogo, jadi juri lomba Al-Barjanji, bantuin bungkus kado 17 Agustusan, jadi tim obade pas upacara kemerdekaan, ikutan lomba 17 Agustusan, ngeliwet bareng, nonton bareng, dan yg pasti jadi tim dokumentasi segala kegiatan kita dan temen2 Kartun di Desa Rawabogo. Makannya gak heran kalo Video dan foto2 dokumentasi di sana banyak bgt. Dokumentasi yg kita punya bener2 jadi kenangan satu2nya wat kita, kenangan yg akan selalu kita inget dan Insya Allah gak akan kita lupain begitu aja. Yg lebih serunya lagi ada acara CinLok segala lah..sebenernya sih buat gw ini cuman iseng2nya anak2 Kartun aja. Gw gak pernah menganggap itu serius. Mulai dari Dasep yg suka sama Fika, sampe ada A’Pi2t yg selalu dicengin sama gw. Kalo untuk yg satu ini,,bener2 cuman iseng. Lumayan kan buat penambah semangat selama 2 minggu KKN di sana. Dan kedekatan gw sama dia sebenernya azas manfaatnya juga loh,,manfaat untuk bisa tambah deket sama temen2 Kartun lainnya dan biar komunikasi kita sama temen2 Kartun jalan terus. Kata A’Dudi kalo di desa kita kan mesti bersikap baik sama mereka, karena kalo kita bersikap baik pasti mereka juga bakalan baik sama kita. Terbukti kan...!!


Saking kita kangennya sama Rawabogo, sebelum balik ke Jakarta tanggal 30 Agustus. G and temen2 yg lain main lagi ke Rawabogo. Kita nginep di villa nya A’Pi2t, nonton film Tarix Jabrix, makan singkong goreng campur Royco (kebiasaan buruk). Paginya makan nasi goreng di rumahnya A’Pi2t, jalan2 ke kebon teh (Subhanallah viewnya keren abis), sampe pas sorenya kita makan nasi liwet di rumah Teh Dini. Itupun kita sengaja ngeliwet di sana, bis udah laper bgt ditambah nyari warteg di sana susah bgt yg ada cuman warung bakso atau indomie “kita butuh nasi”. Yang paling seru waktu balik dari ngeliwet. Gw inget bgt,,kita selesai makan pas mau menjelang magrib ditambah mati lampu!! giLa satu desa mati lampu. Solat di rumah Teh Dini pake lilin. Mana kita mesti balik lagi ke rumah Umi trus langsung balik ke Makbul. Pas lagi makan Teh Dini sempet cerita2 serem gitu. Awalnya gw nanya jalanan kecil yg lewat pematang sawah bisa gak langsung nembus ke pos jaga yg ada di deket Balai Desa?! Awalnya cuman nanya itu aja,,eh..malah berentet cerita hal2 yg serem. Kayak kebon teh dan pabriknya, yg katanya di sana ada setan kepala buntung. Ya..Allah gw bener2 gak bisa ngebayangin pulang jalan kaki ngelewatin hutan bambu dan kuburan. Sekedar cerita aja ya,,di Rawabogo kalo dah magrib, warung2 pada tutup, gak ada tukang ojek pula. Jadi mau gak mau mesti jalan kaki. Padahal gw dah bilang sama Angga, kita minta tolong aja sama anak Kartun untuk nganterin kita balik ke posko. Dasar si BuLuk gaya2an dia bilang gak usah. Gw sempet berharap coba besok gak jalan2 ke Kawah Putih mungkin kita bisa nginep di rumahnya Teh Dini. Mau gak mau kita mulai ekspedisi magrib2 balik ke posko. Dengan suasana yg gelap gulita, mati lampu dan gak ada penerangan sedikit pun. Sepanjang jalan kita ngandelin lampu motor yg lewat dan senter dari HP nya Angga. Yefhy sama Alfan jalan di depan, mereka pegangan tangan. Gw, Fika and Angga jalan bertiga di belakang. Sampe akhirnya gw nyuruh Angga tuk jalan di belakang gw and Fika. Tiap kali Angga berusaha untuk jalan sejajar sama kita, gw selalu bilang ’Angga tengah belakang’. Waktu kita mulai masuk kawasan hutan bambu dan kuburan, gw bener2 pegangan tangan Fika erat bgt, Fika aja sepanjang jalan nunduk terus. Pas lagi ngelewatin tuh jalan...Allahuakabar gw ngedenger suara cewe nangis dari arah kuburan sebelah kanan. Gw dah baca2 ayat kursi tapi gak pernah sampe abis selalu aja belepotan, waktu gw denger tuh suara gw langsung megang tangannya Fika erat.Gw sempet mikir ah..palingan ini cuman bercanda aja. GiLa2an magrib2 Lagi!! Penderitaan kita gak cuman sampe disitu aja. Pas sampe rumah Umi kita mesti balik ke Makbul. Suasana yg gelap bikin kita deg-degan bgt. Untung ada A’Dasep, jadi kita minta tolong sama dia tuk nyariin ojek, mana mahal bgt lagi 20rb satu motor cuman tuk ke Ciwidey aja. Ydah walaupun ojek mahal kita tetep balik ke Makbul. Gw naik motor bareng sama Yefhy, mana gw duduk di belakang. Kirain gw mati lampu di Rawabogo aja ternyata di Nengkelan juga. Sial ngelewatin hutan bambu and kuburan lagi pas sampe di Nengkelan. Sebenernya kalo dipikir2 kita bisa aja nginep di rumah Umi cuz rencana anak2 mau ke Kawah Putih kan make mobil sewaan dari Nengkelan (antara Nengkelan dan Rawabogo tuh gak jauh). Tapi, karena kita teman2 yg baik, kita juga inget sama temen2 yg ada di Makbul akhirnya kita balik juga. Walaupun dengan suasana hati yg deg-degan. Asli ini pengalaman paling gila yg pernah kita alamin. Paling menegangkan,,ekspedisi Rawabogo and Nengkelan.

Yg pasti perpisahan sama temen2 kartun bikin kita sedih. Sampe kita ngadain acara nonton bareng, walaupun kita sadar pas acara nonton bareng itu kita gak ngasih sesuatu yg maksimal karena ada aja hambatan yg kita temuin. Kita bersyukur bisa ketemu dan kenal dengan mereka. Punya teman baru di sana jadi kalo liburan bisa nginep di salah satu rumah mereka. Kita akan selalu inget kenangan selama di sana..

Masyarakat di Desa Rawabogo




Masyarakat di Desa Rawabogo ternyata baik2 bgt ya. Gw jadi seneng and betah deh tinggal di desa ini. Waktu hari pertama kita KKN, anak2 cewe jalan2 ke daerah Bayongbong di temenin sama Teh Sumi. Pas kita liat daerah sana, ternyata tempatnya seru juga. Selama di jalan kita foto2 aja gitu. Ada foto kita di tengah sawah, waktu itu lagi musim kemarau jadi sawah2 pada kering dan kita bisa sesuka hati jalan di tengah sawah. Ada juga foto beberapa anak2 desa di sana. Setiap kita lewat selalu nyapa org yg lagi nongkrong atau lagi jalan lah. Mereka ramah dan baik bgt. Sampe kita dikasih Sawi putih satu karung, di ajak makan bareng sama mereka. Keakraban, keramahan yg kayak gitu gak akan ada di Jakarta. Yg ada semua individual, cuman mikirin dirinya sendiri. Kalo di sini semuanya saling membantu. Ada warga yg kurang mampu aja sampe dibikinin rumah sama Kepala RW nya. Gw jadi ngerasa takut untuk balik lagi ke Jakarta, yg ada kehidupan gw akan seperti hari-hari biasanya yg selalu gw lewatin. Sesuatu yg terkadang gak suka untuk gw jalanin.